Jakarta, Hotfokus.com
Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina mengatakan, bahwa kehadiran kolonialisme tidak lepas dari pencarian rempah di Kepulauan Rempah yang akhirnya membuat Belanda menguasai untaian kepulauan cantik yang dikenal sebagai Hindia Belanda.
Hal ini disampaikan Engelina ketika menyampaikan pengantar Webinar Nasional “Jalur Rempah: Jalan Kebudayaan Menuju Sustainable Living” yang diselenggarakan Selasa (15/2/2022). “Saya hanya mau menggambarkan singkat arti penting jalur rempah bagi Indonesia ini. Ini identitas yang tak boleh diabaikan,” katanya.
Menurut Engelina, jalur Kepulauan Rempah ini di kemudian har dipromalirkan oleh para Pendiri Negara sebagai Negara Indonesia. “Mungkin saja, kalau dunia tidak mencari rempah mungkin, bisa jadi sejarah berkata lain,” ucapnya.
Lebih jauh ia mengatakan, bahwa jalur rempah menyimpan potensi sebagai networking yang menghubungkan Indonesia dengan negara lain. Untuk itu, jalur rempah perlu mendapat perhatian serius, sehingga membawa manfaat bagi masa kini dan masa depan.
“Kami mengharapkan webinar ini menghasilkan gagasan, ide-ide baru untuk semakin memperkuat jalur rempah sebagai identitas, sekaligus menjadi jalur rempah ini sebagai networking baik dari bidang kebudayaan, pariwisata, ekonomi, lingkungan hidup dan sebagainya,” papar Engelina.
Ia menambahkan, jalur perdagangan rempah ini bukan sekadar kisah perdagangan komoditi rempah, namun menjadi jalur peradaban umat manusia yang mendorong terjadinya Revolusi Sejarah, Revolusi Ekonomi hingga Revolusi Ilmu Pengetahuan.
“Ada begitu banyak peluang yang dikembangkan melalui keberadaan jalur rempah, termasuk untuk Maluku, misalnya mengembangkan pusat marine ecotourism, wisata jalur rempah seperti sejarah, benteng, wisata cengkih, wisata pala, wisata cendana dan sebagainya,” tukasnya.
Maluku, lanjut Engelina, juga sebenarnya memiliki keunikan hayati, sehingg sangat penting untuk mempertimbangkan adanya semacam botanical garden Rumphius, museum Wallace dan sebagainya. “Hal seperti ini bukan sekadar menjadi destinasi wisata, tetapi juga merupakan edukasi lingkungan hidup yang sangat baik bagi semua generasi.
“Sebenarnya era rempah dan era pandemik saat ini terjadi revolusi peradaban umat manusia. Bahkan, sangat tepat kalau ada yang menyatakan sesungguhnya pencarian rempah telah memicu globalisasi pertama dan globalisasi saat ini merupakan globalisasi kedua di masa modern,” kata dia dalam webinar yang diikuti 700 lebih peserta dari dalam dan luar negeri itu.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan mendukung pengembangan potensi Jalur Rempah yang merupakan jalur legendaris yang menghubungkan dunia barat dan timur.
“Jalur rempah memiliki potensi besar bagi pariwisata Indonesia untuk digali dan dikembangkan. Potensi Jalur Rempah tidak kalah dengan jalur sutra China yang sudah mendunia,” kata Sandiaga Uno.
Menurut Sandiaga, jalur rempah bagi Indonesia memiliki potensi yang dapat digali dan dikembangkan, yakni wisata sejarah (susur), kulinur maupun wellnes. Pemerintah mendorong spice of the world agar kuliner hadir di manca negara dan memberi nilai tambah bagi Indonesia.
“Saya harap semua pihak berkolaborasi untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis rempah untuk mengembangkan ekonomi dan media aktualisasi untuk warisan budaya,” pungkasnya.(RAL)
Leave a comment