Jakarta, hotfokus.com
Kinerja Pertamina di kuartal III 2025 kembali jadi sorotan setelah perusahaan melaporkan performa keuangan yang tetap kuat di tengah tekanan global. Dalam Earnings Call 3Q25, Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, menegaskan bahwa fundamental perusahaan masih tangguh. “Hingga Q3 2025, Pertamina masih mampu membukukan pendapatan yang solid dengan laba positif mencapai USD 2,05 miliar,” ungkapnya.
Pendapatan hingga September 2025 tercatat mencapai USD 53,38 miliar dengan EBITDA sebesar USD 8,20 miliar. Emma menjelaskan bahwa kombinasi ketahanan operasional dan langkah efisiensi menjadi penopang utama. Program cost optimization bahkan menghasilkan kontribusi signifikan. “Program cost optimization sepanjang tahun mencatatkan efisiensi dan tambahan pendapatan senilai USD 624 juta,” jelasnya.
Dari sisi permodalan, posisi kredit Pertamina tetap kokoh. Moody’s, S&P, dan Fitch masih mempertahankan rating investment grade dengan outlook stabil. Rasio leverage, kemampuan bayar utang, hingga likuiditas dinilai berada di jalur aman meski volatilitas energi global semakin tinggi.

Emma juga menekankan peran pemegang saham, termasuk Danantara, yang memperkuat tata kelola pengelolaan modal. “Kolaborasi dengan pemegang saham memberikan fondasi yang lebih kuat bagi pengelolaan modal Pertamina,” ujarnya.
Dukungan pemerintah pun berjalan seiring, terutama melalui penyelesaian kompensasi BBM. Pemerintah telah menuntaskan pembayaran kompensasi 2024 pada Juni 2025, sementara kompensasi 2025 sudah mulai dicairkan. “Pada Oktober 2025, Pertamina telah menerima pembayaran kompensasi untuk Kuartal I 2025,” tambah Emma.
Pemerintah juga merilis PMK No. 73 Tahun 2025 yang memungkinkan pembayaran kompensasi dilakukan tiap bulan serta memberikan fleksibilitas valuta asing, sehingga likuiditas perusahaan semakin aman tanpa menekan ruang fiskal negara.
Transformasi Pertamina menjadi agenda besar lainnya. Emma menegaskan bahwa proses ini bukan respons sesaat, melainkan perubahan menyeluruh untuk memperkuat transparansi dan disiplin operasional.
Sementara itu, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis, Agung Wicaksono, menggarisbawahi percepatan integrasi bisnis hilir yang melibatkan Subholding Commercial & Trading, Refinery & Petrochemical, dan Integrated Marine Logistics. “Kami yakin integrasi ini juga akan memperkokoh rantai pasok energi nasional,” tegasnya. Proses ini terus berjalan sambil menunggu persetujuan regulator dan pemangku kepentingan.
Komitmen ESG juga menjadi prioritas. Pertamina meraih posisi teratas pada Integrated Oil & Gas Sub-industri versi Sustainalytics dengan skor risiko 23,5.
Earnings Call kali ini dihadiri lebih dari 100 investor global serta jajaran eksekutif seperti Bagus Agung Rahadiansyah, Henricus Herwin, dan VP Corporate Communication Muhammad Baron. Baron menegaskan bahwa forum ini menjadi bentuk transparansi perusahaan. “Earnings Call merupakan forum komunikasi rutin sebagai bentuk keterbukaan Pertamina kepada investor,” katanya.

Dengan capaian tersebut, Pertamina memastikan transformasi perusahaan tetap selaras dengan target Net Zero Emission 2060 serta tujuan SDGs, sambil menjaga perannya sebagai lokomotif transisi energi Indonesia. (*)
Leave a comment