Home POLITIK Kelelahan Bukan Faktor Utama Meninggalnya Petugas KPPS
POLITIK

Kelelahan Bukan Faktor Utama Meninggalnya Petugas KPPS

Share
Share

JAKARTA — Kelelahan bukan merupakan faktor utama meninggalnya sejumlah petugas penyelenggara adhoc Pemilu 2019. Menurut Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, faktor paling dominan dalam peristiwa itu adalah faktor usia dan faktor risiko yang menyebabkan para penyelenggara adhoc mudah sakit hingga meninggal dunia.

Nila mencontohkan di DKI Jakarta. Di tempat itu 18 petugas adhoc yang diketahui wafat dan 2.641 sakit. Dari 18 yang wafat diketahui 2 di antaranya berusia 70 tahun, 5 berusia 60-69 tahun dan 8 lainnya berusia 50-59 tahun. “Dan dari mereka diketahui meninggal karena sakit jantung mendadak, gagal jantung, liver, stroke, gagal pernafasan,” jelas Nila.

Nila mengutarakan analisa sementara saat bertemu Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman, Rabu (8/5). Hadir pula Ketua Umum IDI Daeng M Faqih, Anggota Ombudsman Adrianus Meliala, Wakil Ketua Komnas Ham Hairansyah serta Dekan FKUI Ari Fahrial Syam.

Mereka berkumpul untuk membedah sebab-sebab yang menyebabkan sejumlah petugas penyelenggara adhoc mengalami musibah, sakit hingga meninggal dunia sebelum, saat dan pasca bertugas di Pemilu 2019.

Hingga Selasa (7/5) tercatat 440 petugas meninggal dunia sementara 3.668 lainnya jatuh sakit.

Sementara Ketua KPU Arief Budiman mengaku senang dengan kedatangan para ahli di bidang kesehatan dan kemanusiaan itu. Momen pertemuan seperti itu menurut dia dapat menjadi pembelajaran lembaganya dalam menyelenggarakan Pemilu yang lebih baik.

Arief menyebut bahwa Pemilu tidak dapat dilepaskan dari penyelenggara yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan. Menurut dia tugas yang banyak dan kompleks membuat jajaran penyelenggara terkadang lupa menjaga kesehatan. “Mereka (petugas adhoc) bekerja mulai dari menyebarkan form C6 (undangan memilih) ke 300 pemilih, kemudian mengawasi pendirian TPS, paginya bertugas sampai larut bahkan keesokan harinya untuk menyelesaikan rekapitulasi,” ucap Arief.

KPU tidak tinggal diam menyikapi kondisi kurang menyenangkan tersebut. Jauh hari sebelum Pemilu digelar, KPU telah berupaya mencegah dengan membuat simulasi dan mengusulkan agar jumlah pemilih di tiap TPS dikurangi dengan tujuan mengurangi beban kerja para petugas adhoc. (kn/acb)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles
Haris Rusly Moti Ingatkan Ancaman Political Blitzer dan Pentingnya Jaring Peduli Sosial
POLITIK

Haris Rusly Moti Ingatkan Ancaman Political Blitzer dan Pentingnya Jaring Peduli Sosial

Jakarta, hotfokus.com Pemrakarsa 98 Resolution Networks, Haris Rusly Moti, menilai Indonesia perlu...

POLITIK

Hari Ini Peringatan HUT ke-52 PDIP, Megawati Soekarnoputri Bakal Lakukan Pidato Politik

Jakarta, hotfokus.com Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan menggelar peringatan Hari Ulang...

Pilkada Langung Menuju Disintegrasi Jakarta dan Pusat
OPINIPOLITIK

Pilkada Langung Menuju Disintegrasi Jakarta dan Pusat

Bagaimana Nasib Ribuan Triliun Mega Proyek DKI Jakarta? Oleh : Salamuddin Daeng...

Hasil Riset: 48,58% Responden Memilih Paslon RK-Suswono
POLITIK

Hasil Riset: 48,58% Responden Memilih Paslon RK-Suswono

Jakarta, hotfokus.com Lembaga Riset Veracity mencatat sebanyak 48,58% responden akan memilih pasangan...