Jakarta, hotfokus.com
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkap pembangunan berkelanjutan dan rendah karbon menjadi tanggung jawab seluruh pihak terhadap masa depan generasi mendatang. “Generasi mendatang memiliki hak untuk menikmati lingkungan yang aman dari bencana dan kerusakan yang berpotensi muncul dari efek perubahan iklim,” katanya, dalam sambutannya pada acara peringatan HUT ke-35 Asosiasi Emiten Indonesia, Rabu (13/12/2023).
Karenanya, pemerintah menerapkan pembangunan berkelanjutan melalui upaya dekarbonisasi untuk meningkatkan ekonomi hijau. Seperti menurunkan emisi gas rumah kaca sebagaimana tertuang dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) sebesar 32% dari kondisi business as usual pada 2030 dan 43,2% apabila melalui kerja sama internasional, serta mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Saat ini, menteri mengatakan pemerintah tengah melakukan studi dan persiapan implementasi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS). Indonesia sendiri memiliki potensi penyimpanan CO2 yang sangat besar dengan estimasi mencapai 4,85 giga ton pada depleted reservoir dan sekitar 572 giga ton pada saline aquifer.
Menurut menteri, saat ini ada 15 proyek CCS dan CCUS di Indonesia dengan nilai investasi sekitar 7,97 miliar dolar AS. Secara global, potensi pasar carbon capture, utilization, transportation and storage juga diproyeksikan akan meningkat dari 3 miliar dolar AS pada 2022 menjadi 14,2 miliar dolar AS pada 2030 mendatang.
Di sektor non-listrik, pemerintah juga berupaya mengembangkan biofuel, baik dari CPO maupun non CPO. Program mandatory B35 di Indonesia juga telah mampu mengurangi 34,9 juta ton CO2 dan menjadi contoh sukses dalam rangka pencapaian SDG goals.
Dalam upaya dekarbonisasi, Airlangga berharap emiten sektor industri dapat memberi kontribusi lebih, mengingat adanya regulasi negara tujuan ekspor Indonesia yang mewajibkan praktik berkelanjutan seperti CBAM dan EUDR. “Selain itu tingkat kesadaran konsumen yang semakin tinggi mengenai green lifestyle, sehingga mendorong perusahaan untuk menyediakan produk yang rendah karbon,” jelasnya.
Menurut menko, asosiasi Emiten Indonesia memiliki peran penting dalam mendukung penerapan dekarbonisasi dan peningkatan ekonomi hijau. AEI dapat mendorong para emiten untuk menerapkan praktik yang ramah lingkungan, memanfaatkan energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan mengolah limbah,” katanya. (bi)
Leave a comment