JAKARTA — Pemerintah meminta semua pihak menyikapi dengan bijak terkait dengan isu Utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebab, dari total utang sebilai Rp4.800 Triliun tidak semuanya utang BUMN.
“Liabilities sudah dianggap utang saja. (Jumlah) liabilities itu ada 143 , BUMN kan ada perbankan, asuransi. Dana Pihak Ketiga (DPK) masuk di situ,”tegas Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN Ahmad Bambang.
Menurutnya, utang itu juga termasuk liabilitas BUMN. Termasuk perbankan, asuransi, hingga dana pihak ketiga (DPK). “Harus dilihat secara jernih dan terbuka. Dengan demikian jangan sampai dipelintir,” kata Ahmad Bambang, akrab disapa Abe,
Dia menegaskan, harus dipilah mana benar-benar utang , mana DPK, mana yang utang pemerintah dan sebagainya.
Sebanyak 6 BUMN besar tercatat memiliki utang (liabilities) Rp 291,7 triliun pada kuartal I 2018 atau tumbuh 68% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 173,2 triliun. Keenam BUMN itu, yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), dan PT PP (Persero) Tbk.
Abe mengatakan, utang tersebut mesti dibandingkan dengan kinerja BUMN. Dia menerangkan, pada kuartal I-2018 aset enam BUMN tercatat Rp 385,47 triliun atau tumbuh 53% dibanding kuartal I tahun sebelumnya Rp 251,25 triliun.
Kemudian, labanya naik 92% dari Rp 1,59 triliun menjadi Rp 3,07 triliun. Tahun ini, laba BUMN itu ditargetkan tumbuh 30% dari raihan tahun 2017 Rp 11,79 triliun.
“Dengan laba besar kita dorong BUMN karya untuk investasi lebih cepat. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, kita tahu dulu di-drive oleh konsumsi, ini tentu investasi punya peran sangat penting men-drive pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya.
Sedangkan utang berdasarkan laju pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR) dari tahun 2014 diproyeksi tumbuh sebesar 54,05% pada tahun 2018 menjadi Rp 353,80 triliun.
Meski begitu, aset enam BUMN juga diproyeksi tumbuh 53,29% menjadi Rp 470,69 triliun dari Rp 100,24 triliun. Laba dari tahun 2014 sebesar Rp 3,78 triliun diproyeksi tumbuh 36,68% menjadi Rp 13,29 triliun.
“Laba meningkat dengan CAGR, sekarang kumulatif enam karya di atas Rp 11,7 triliun (laba tahun 2017) hampir Rp 12 triliun. Targetnya (tahun 2018) Rp 13,2 triliun, tapi realisasi Rp 3 triliun (kuartal I 2018) kali empat. Triwulan I biasanya paling malas, kalau triwulan I Rp 3 triliun saya yakin 2018 di atas Rp 14 triliun biasanya gitu, lebih dari Rp 14 triliun,” ujar Abe. (ACB)
Leave a comment