New York, Situsenergy.com
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 46 sen, atau 0,9 persen, menjadi USD48,79 per barel. Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berkurang 50 sen, atau 1,1 persen menjadi USD45,76 per barel.
Demikian dikutip dari laporan Reuters di New York, Senin (7/12/2020) atau Selasa (8/12/2020) dini hari.
Harga minyak merosot sekitar 1 persen karena melonjaknya kasus virus corona dan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China, merusak dampak positif dari kesepakatan produksi OPEC Plus.
Harga berada di bawah tekanan setelah Reuters melaporkan Amerika Serikat sedang bersiap untuk menjatuhkan sanksi kepada setidaknya selusin pejabat China atas dugaan peran mereka dalam diskualifikasi Beijing terhadap legislator oposisi terpilih di Hong Kong.
Meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China, konsumen minyak terbesar dunia, berulang kali membebani pasar dalam beberapa tahun terakhir.
China, importir minyak mentah terbesar dunia, membantu mendukung harga minyak mentah tahun ini. Dalam 11 bulan pertama 2020, China mengimpor total 503,92 juta ton atau 10,98 juta barel per hari, melonjak 9,5 persen dari tahun sebelumnya.
Impor minyak China pada November naik dari bulan sebelumnya, menurut data dari Bea Cukai.
Secara global, lonjakan kasus virus korona memaksa penerapan serangkaian penguncian yang baru, termasuk langkah-langkah ketat di negara bagian California Amerika, dan di Jerman serta Korea Selatan.
Konsumsi bensin di Amerika turun selama pekan liburan Thanksgiving ke level terendah dalam lebih dari 20 tahun, kata OPIS , karena lebih sedikit warga Amerika yang bepergian selama pandemi.
Kedua kontrak minyak itu melambung sekitar 2 persen pekan lalu, setelah OPEC Plus, Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya, setuju untuk sedikit meningkatkan produksi mulai Januari tetapi melanjutkan sebagian besar pembatasan pasokan yang ada.
“Mereka tetap sedikit pelit, dalam hal pasokan selama puncak musim dingin di belahan bumi utara,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.
Capital Economics, perusahaan riset ekonomi juga memperkirakan produksi OPEC Plus akan naik kurang dari yang diizinkan dalam perjanjian baru tersebut karena kompensasi pemotongan dan permintaan kuartal pertama yang lemah. (SNU/RIF)
Leave a comment