Home OPINI Ngeri Ya : Harga Sapi Rakyat Disikat Isue PMK, Impor Sapi Merajela
OPINI

Ngeri Ya : Harga Sapi Rakyat Disikat Isue PMK, Impor Sapi Merajela

Share
Ngeri Ya : Harga Sapi Rakyat Disikat Isue PMK, Impor Sapi Merajela
Share

Oleh : Salamuddin Daeng

Dulu kami menggugat UU peternakan dan kesehatan hewan ke Mahkamah Konstitusi (MK), karena keresahan atas minat besar oligarki indoneiaa impor sapi, bahkan dengan cara menerobos norma yang selama ini dianut sejak jaman kolonial Belanda Indoneia yakni tidak melakukan impor sapi dari negara yang masih terjangkit penyakit mulut kuku.

Gugatan diterima MK, kami menang, Indonesia tak boleh impor hewan ternak sapi dari negara atau Zona yang masih terjangkit penyakit mulut kuku. Namun dalam Sekejap UU diubah, peraturan perundangannya di ubah. UU baru tidak menjadikan putusan MK sebagai rujukan. UU dibuat oleh DPR seenake dewe. Keblinger!

Pemerintah menikmatinya. Kran impor terbuka lebar. Pemerintah seperti tak mau tau, ingin mendapat sapi impor yang murah, harga daging dalam negeri agar murah, namun mengorban kondisi kesehatan hewan yang berpotensi tertukar penyakit mulut kuku. Blas! impor sapi dibuka dari seluruh penjuru dunia.

Negara negara yang masih terjangkit penyakit mulut kuku pun boleh melakukan ekspor ke Indonesia. Mungkin ini yang sekarang berakibat Indonesia kembali terjebak dalam pandemi penyakit mulut kuku pada hewan. Wallahualam.

Padahal Indonesia selama berpuluh puluh tahun telah terbebas dari penyakit mulut kuku. Ini menjadi keuntungan besar bagi Indonesia, karena berdasarkan regulasi internasional jika negara terbebas dari penyakit mulut kuku maka boleh ekspor ke seluruh dunia tanpa pembatasan isue kesehatan. Sekarang tentu tidak bisa lagi.

Maka jadilah Indonesia sekarang muara tempat pertarungan para importir sapi dari seluruh penjuru dunia, mau negara berpenyakit semacam mulut kuku boleh impor ke Indonesia.

Siapa yang paling menikmatinya? Tentu saja oligarki. Pertama yang untung adalah yang memberikan rekomendasi impor, yakni Kementerian Pertanian.
Ijin impor itu sedap, para pengusaha berebutan, bersaing mendapat ijin ini. Mereka siap bertaruh apapun dan berapapun untuk mendapatkan jatah impor.

Harga daging murah di luar negeri, bisa dapat untung banyak di Indonesia. Jual hewan di Indonesia tetap lebih murah dari piaraan petani dan peternak dalam negeri.

Akhirnya ambruk lah usaha ternak masayarakat, harga sapi dan kerbau milik rakyat tidak mampu bersaing dengan ternak ternak impor.
Kasihan petani dan peternak kita.
Peternak di Bima, Sumbawa dan Sulawesi dan daerah lainnya.
Merekalah Pihak pertama dan paling menderita karena impor ternak dibajak oligarki. [•]

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles
SPBU Pertamina, Layak Disebut SPBU Merah Putih
OPINI

SPBU Pertamina, Layak Disebut SPBU Merah Putih

Oleh : Sofyano ZakariaDirektur Puskepi Di tengah keseharian masyarakat Indonesia, Stasiun Pengisian...

Negara Invoice dan Republik Transfer Pricing
OPINI

Negara Invoice dan Republik Transfer Pricing

(Satire Fiskal di Negeri dengan Laporan Keuangan Ganda) Oleh : Andi N...

Due Diligence Adalah Kunci Menguak Kasus PIMD-Phoenix
OPINI

Due Diligence Adalah Kunci Menguak Kasus PIMD-Phoenix

Oleh: Defiyan CoriEkonom Konstitusi Langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membuka perkara...

Monarki Nusantara ala Republik Tropis
OPINI

Monarki Nusantara ala Republik Tropis

Oleh : Andi N Sommeng Kalau orang Perancis bilang La Nation, une...