Jakarta, Hotfokus.com
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengaku sektor minyak dan gas (migas) mendapatkan tekanan yang cukup besar.
Sebab di tengah kontestasi geopolitik, ia mengungkap migas menjadi salah satu komoditas strategis yang dijadikan instrumen ketegangan geopolitik tersebut.
Di sisi lain, sektor migas juga menjadi perhatian utama para aktivitis perubahan iklim.
“Jadi terjepit di antara dua pergeseran dan persaingan global yang sangat kuat yaitu masalah geopolitik dan perubahan iklim,” kata Sri, dalam Acara The 4th International Convention on Indonesian Oil and Gas 2023 di Bali, Rabu (20/9/2023).
Sebagai negara besar, menteri menegaskan Indonesia harus bisa merespon masalah tersebut.
Apalagi sebagai negara yang memiliki potensi migas sangat besar, kondisi geopolitik dan perubahan iklim perlu direspon secara tepat dan seimbang. Pemerintah pun akan terus memberikan berbagai dukungan untuk meningkatkan kinerja migas di Indonesia.
“Alat fiskal kita berupa insentif perpajakan di tingkat produsen, dalam bentuk subsidi kepada konsumen, serta perbaikan rezim,” jelasnya.
Ini merupakan bukti bahwa Indonesia akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki iklim investasi.
Karena itu, ia menambahkan perlu langkah perbaikan iklim investasi dilakukan dengan perbaikan data. Pemerintah dan SKK Migas menyediakan lebih banyak data dan transparansi mengenai potensi sumber daya di Indonesia.
Pemerintah juga sedang merevisi beberapa peraturan dalam rangka memperbaiki dan adaptif bagi industri migas termasuk dengan mempertimbangkan teknologi baru seperti carbon capture untuk mencapai ketahanan energi.
Saat bersamaan, pemerintah harus menyediakan energi yang lebih ramah lingkungan dan rendah emisi. (bi)
Leave a comment