Jakarta, Hotfokus.com
Kolaborasi BUMN di sektor energi kembali melaju. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bersama PT PLN Indonesia Power mencapai kata sepakat soal tarif listrik dengan PT PLN (Persero) untuk proyek PLTP Ulubelu Bottoming Unit berdaya 30 MW. Kesepakatan ini menjadi pemantik akselerasi proyek panas bumi yang mengandalkan teknologi efisiensi tinggi.
Ulubelu Bottoming Unit tercatat sebagai pembangkit berteknologi binary pertama hasil kerja sama PGE dan PLN IP di area operasi Ulubelu. Skema co-generation memanfaatkan panas sisa dari proses utama sehingga produksi listrik lebih optimal dan ramah lingkungan, sekaligus memperkuat porsi energi bersih dalam sistem kelistrikan nasional.
Direktur Eksplorasi & Pengembangan PGE, Edwil Suzandi, menyebut persetujuan tarif sebagai gerbang menuju tahap eksekusi. Setelah ini, konsorsium langsung mengebut proses pendirian perusahaan patungan, pengadaan EPCC, hingga penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) yang ditargetkan rampung Januari 2026. Proyek pun diproyeksikan masuk fase Commercial Operation Date (COD) pada 2027.

“Sinergi PGE dengan PLN Indonesia Power di Ulubelu kami harapkan menjadi contoh yang bisa diterapkan pada proyek bottoming lain, seperti Lahendong dan Lumut Balai,” ujar Edwil, Rabu (25/12/2025).
Ekspansi panas bumi tak berhenti di Ulubelu. Konsorsium juga sepakat menggarap PLTP Lahendong Bottoming Unit 1 berkapasitas 15 MW. Dengan demikian, tambahan daya dari dua proyek ini mencapai 45 MW, sekaligus menopang target ambisius PGE menembus kapasitas terpasang 1 GW dalam dua hingga tiga tahun mendatang.

Fondasi kerja sama ini merujuk pada Nota Kesepahaman Pertamina–PLN yang diteken Agustus lalu, mencakup pengembangan 19 proyek panas bumi eksisting berkapasitas 530 MW dengan dukungan Danantara Indonesia. Jika ditotal, kemitraan PGEO–PLN IP membuka peluang penambahan kapasitas hingga 1.130 MW dengan nilai investasi sekitar USD5,4 miliar.
Saat ini, PGE mengoperasikan 727 MW dari enam wilayah kerja dan terus menggarap proyek strategis lain, termasuk PLTP Hululais Unit 1 & 2 berdaya 110 MW serta sejumlah proyek co-generation berkapasitas 230 MW. Langkah konsisten ini menegaskan peran panas bumi sebagai fondasi utama transisi energi Indonesia. (*)
Leave a comment