Jakarta, hotfokus.com
Laba bersih PT PP Presisi Tbk (PPRE) ditargetkan tumbuh antara 20-30% menjadi sebesar Rp500 miliar pada 2019. Sementara itu, pendapatan perusahaan kontraktor yang fokus ke pekerjaan sipil dan struktur bangunan itu, juga diproyeksikan meningkat sekitar 20-30% pada 2019.
“Tahun 2019, pertumbuhan bisnis kami targetkan antara 20-30% baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih,” ujar Benny Pidakso, Direktur Keuangan PPRE, di Jakarta, Rabu (6/2).
Segmen pekerjaan infrastruktur, kata Benny, mampu berkontribusi hampir 60% terhadap total pendapatan Perseroan. Proyek-proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan PPRE antara lain adalah proyek jalan tol Pandaan-Malang yang diharapkan selesai tahun ini. Kemudian, proyek jalan tol Manado-Bitung, dan jalan tol di Dumai.
Pada 2019, anak usaha PT PP Tbk (PTPP) itu, membidik perolehan kontrak baru sekitar Rp5-6 triliun. Adapun sepanjang tahun 2018, tutur Benny, PPRE membukukan kontrak baru sekitar Rp5 triliun.
Untuk mencapai target kontrak baru tersebut, ia menjelaskan bahwa Perseroan telah menyiapkan tiga strategi bisnis. Pertama, PPRE akan mengikuti secara langsung proses tender yang dilakukan baik oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun pemerintah.
Agar tidak bersinggungan dengan PTPP selaku induk usaha, maka dalam mengikuti tender, lanjut Benny, ada batasan nilai proyek yang menjadi perhatian Perseroan. PPRE hanya akan mengikuti tender langsung untuk proyek-proyek bernilai di bawah Rp200 miliar. Pasalnya, untuk tender proyek dengan nilai di atas Rp200 miliar akan diikuti oleh PTPP.
“Itu sudah kami lakukan di Angkasa Pura dan Pelindo II untuk proyek runway
Bandara Minangkabau di Padang. Kami juga dapat proyek pengerjaan jalan di Jawa Timur untuk Kementrian PUPR,” jelasnya.
Strategi kedua, imbuh Benny, dengan mengoptimalkan pasar yang ada di PT PP. Ia menggambarkan, jika PPRE memperoleh antara 5-10% saja dari total nilai kontrak baru yang diperoleh PTPP yang jumlahnya hampir mencapai Rp50 triliun, maka Perseroan akan memperoleh tambahan kontrak baru sekitar Rp5 triliun.
Adapu strategi ketiga untuk mendongkrak perolehan kontrak baru adalah terkait dengan rencana pengembangam bisnis PPRE. Perseroan mendorong entitas anak, PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA), untuk menggarap bisnis pertambangan. LMA diarahkan menangani pekerjaan jasa di sektor pertambangan dengan menyasar pangsa pasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Selain itu, PPRE ingin tumbuh secara non organik melalui akuisisi perusahaan di bidang soil improvement dan pondasi. Aksi korporasi ini diharapkan dapat rampung pada semester I-2019.
Dengan mengambil alih kepemilikan saham tersebut, Perseroan mengincar pekerjaan-pekerjaan geotech yang banyak dibutuhkan pada pembangunan bandara, pelabuhan dan pembangunan di atas lahan labil yang selama ini banyak dikerjakan oleh pemain-pemain asing.(SA)
Leave a comment