JAKARTA — Naiknya harga minyak dunia otomatis membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi pertamax naik.
Kenaikan harga Pertamax masih wajar. Sebab, pada 2014 lalu, harga Pertamax
di Masohi sebesar Rp 14.450 per liter. Kota Masohi adalah ibukota Kabupaten Maluku Tengah.
Sementara harga pertamax termurah ada di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang, yaitu sebesar Rp 9.950 per liter.
Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmi Radhi menilai kenaikan harga Pertamax dan BBM jenis non subsidi tidak akan mempengaruhi inflasi. Sebab, kenaikan yang berkisar antara Rp 600 hingga Rp 900 per liter tidak terlalu besar.
Fahmi menilai, keputusan Pertamina menaikan harga BBM non-subsidi merupakan langkah yang wajar. Sebab, saat ini harga minyak dunia sudah mencapai 70 dolar per barel. Artinya, jika Pertamina tidak menaikkan harga jual maka akan membuka peluang potential lost keuangan pertamina.
“Selain kenaikan kecil 600, kenaikan harga Pertamax tidak akan berpengaruh terhadap inflasi sebab konsumen Pertamax tidak sebanyak konsumen Premium dan Pertalite,” ujar Fahmi.
PT Pertamina (Persero) melakukan penyeusaian harga bahan bakar mulai Minggu (1/7). Harga Pertamax di Jakarta per 1 Juli 2018 menjadi Rp 9.500, naik Rp 600 dari Rp 8.900.
Sementara harga Pertamax Turbo naik menjadi Rp 10.700 pada 1 Juli 2018, dari sebelumnya Rp 10.100. Harga Dexlite naik menjadi Rp 9.000 per liter, naik Rp 900 dari Rp 8.100 per liter. Selanjutnya, Pertamina Dex naik dari Rp 10 ribu menjadi Rp 10.500.
Tak hanya Pertamina, Shell, AKR, Vivo, dan Total juga menaikkan harga.
Untuk Shell Super dijual Rp9.600, Shell V- Power Rp10.850 per liter, Shell Diesel Rp10.750 per liter dan Shell Reguler Rp8.700 per liter.
Sedangkan harga BBK Total untuk Performance 92 dijual Rp9.200 per liter, Performance 95 Rp9.500, Diesel Rp10.500 dan Performance 90 Rp8.500
Untuk harga jual AKRA 92 Rp9.200 per liter dan AKRA Solar Rp5.150 per liter. Di SPBU Vivo, harga Revvo 89 dijual Rp7.650, Revvo 90 Rp8.850 dan Revvo 92 Rp9.400
Leave a comment