Banda Aceh, Hotfokus.com
Kerusakan akses darat akibat bencana di sejumlah wilayah Aceh mendorong penyesuaian pola distribusi energi. Menyikapi kondisi tersebut, PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Patra Niaga bergerak cepat menjaga ketersediaan elpiji dengan menyalurkan total 360 ton LPG ke 10 kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.
Selama jalur utama Lhokseumawe–Banda Aceh belum pulih sepenuhnya, Pertamina memaksimalkan jalur laut sebagai alternatif distribusi. Dua armada laut, yakni Kapal Wira Loewisa dan Kapal Aceh Hebat 2, dikerahkan untuk mengangkut 24 unit skid tank LPG dari Lhokseumawe menuju Banda Aceh.

Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Sumatra Bagian Utara (Sumbagut), Sunardi, menjelaskan bahwa langkah tersebut menjadi solusi paling efektif di tengah situasi darurat. “Dalam kondisi pascabencana, kami menyalurkan elpiji melalui jalur laut dengan dua kapal yang membawa total 24 skid tank,” ujarnya, Selasa (16/12).
Ia merinci, Kapal Wira Loewisa memuat 16 skid tank, sementara Kapal Aceh Hebat 2 mengangkut delapan unit. Setiap skid tank berkapasitas sekitar 15 metrik ton. “Jika ditotal, volume elpiji yang kami kirim mencapai kurang lebih 360 ton. Distribusi terus kami percepat dengan skema Ro-Ro agar segera menjangkau 10 kabupaten/kota di Aceh,” kata Sunardi.

Pasokan tersebut akan dikonversi menjadi lebih dari 30 ribu tabung elpiji, baik LPG subsidi 3 kilogram maupun non-subsidi 12 kilogram. Sunardi memastikan jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Aceh dalam beberapa hari ke depan dan meminta warga tetap tenang.
Untuk memastikan distribusi berjalan lancar, Pertamina menjalankan skema RAE (Regular, Alternative, Emergency). Skid tank diseberangkan dari Integrated Terminal Lhokseumawe menuju Fuel Terminal Krueng Raya, kemudian dilanjutkan lewat jalur darat ke wilayah sekitar. Sementara itu, pasokan ke Aceh Timur dan Langsa masih dapat dilakukan melalui jalur darat dari arah Aceh Tamiang. Pertamina juga mengoperasikan helikopter dengan metode sling load ke Bener Meriah serta kapal Ro-Ro sebagai opsi darurat.
“Ketika akses darat sudah pulih, distribusi elpiji ke masyarakat Aceh akan kembali berjalan normal dan lebih optimal,” tutup Sunardi. (*)
Leave a comment