Jakarta, Hotfokus.com
Praktisi Migas, Salis Aprilian mengatakan,usia 64 tahun untuk sebuah perusahaan merupakan usia yang matang. Bahkan sudah cukup makan asam-garam dalam berbisnis dan menorehkan prestasi kinerjanya di berbagai bidang.
Namun, sebagai perusahaan yang sebagian besar bisnisnya mengelola energi fosil, ada tantangan besar yang harus dihadapi PT Pertamina (Persero) di masa-masa yang akan datang.
“Selain harus memenuhi kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, juga ada batasan-batasan gerak langkah dengan adanya syarat dan kecenderungan penggunaan energi masa depan yang harus selaras (comply) dengan “3D’ (dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi),” katanya kepada Hotfokus.com saat ditanya terkait HUT Pertamina ke 64, Minggu (05/12/2021).
Menurut Salis, energi yang terkait dengan emisi unsur karbon akan semakin ditinggalkan. Apalagi COP26 di Glasgow, UK beberapa waktu lalu sudah mengisyaratkan target penurunan suhu bumi hingga 1.5 derajat Celsius dan ‘Net-Zero carbon emission’ hingga tahun 2050.
“Itu artinya, penggunakan sumber energi fosil sebagai bahan bakar akan dikurangi secara signifikan,” ucapnya.
Lebih jauh ia mengatakan, bahwa Pertamina yang memiliki sebagian besar kilang minyak yang menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi dan pembangkit listrik, harus sudah memiliki langkah strategis untuk menyelaraskan antara komitmen pemerintah terhadap keputusan COP26 dengan program green fuel dan hilirisasi sektor migas.
“Pertamina diharapkan dapat merevitalisasi kilang minyaknya untuk membuat semakin beragamnya produk petrokimia yang dihasilkan, dan lebih ramah lingkungan,” ujarnya.
Jadi, kata dia, bukan hanya memperbesar dan meperluas kilang, atau bahkan membangun kilang minyak baru, untuk meningkatkan produksi BBM, tapi lebih menganeka-ragamkan (diversifikasi) produk petrokimianya. Apalagi sudah diperkirakan kecenderungan penggunaan kendaraan listrik semakin meningkat di tahun-tahun yang akan datang.
“Antispasi ini perlu menjadi langkah strategis Pertamina agar dapat mempertahankan bisnisnya di tengah isu dekarbonisasi. Sedangkan dalam sisi pemenuhan energi yang mempertimbangkan potensi masing-masing daerah,” tukasnya
Menurut dia, perlu dipertimbangkan adanya kerjasama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mendesain sistem jaringan yang berorientasi pada pemenfaatan energi di daerah yang bersangutan.
Lebih jauh ia mengatakan, dengan terus berkembangnya energi baru terbarukan (EBT) yang semakin terjangkau dan berkelanjutan, maka langkah desentralisasi energi ini akan semakin mudah direalisasikan dengan adanya teknologi digital yang sudah berkembang pesat.
“Digitalisasi energi inilah yang akan menjadi solusi menyeluruh dalam bisnis energi ke depan,” ucap mantan Direktur Utama di sejumlah anak usaha Pertamina ini.
Di sektor gas bumi dan LNG, lanjut dia, BUMN tersebut juga harus mengambil peran dalam pembangunan infrasturktur pemanfaatannya.
“Jadi bisa memastikan bahwa gas bumi dan LNG Indonesia dapat menjadi energi transisi sebelum beralih ke ‘Zero-carbon emission’, yakni ke era energi baru dan terbarukan (EBT),” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Salis juga menyampaikan Selamat Ulang Tahun Pertamina ke -64.
“Selamat ulang tahun untuk Pertamina, semoga lebih sukses dan barokah bagi bangsa dan negara Indonesia,” tutup Salis.(SL)
Leave a comment